Aktor sekaligus pegiat seni pertunjukan Butet Kartaredjasa menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Dibuka pada Jumat, 26 April 2024, pameran bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’ yang memajang 105 judul karya seni rupa Raja Monolog Indonesia ini akan berlangsung hingga 25 Mei mendatang.
Pameran kali ini berbeda dari pameran terakhirnya di Galeri pada 2017. Kala itu, Butet menampilkan karya keramik. Ia kali ini menghadirkan hasil eksplorasi pada berbagai medium. Karya-karya yang menandai babak penting dalam perjalanan hidupnya.
Ini bermula dari laku spiritual yang ditekuninya selama dua setengah tahun terakhir, setelah dirinya kembali sehat dari sakit. Ritual yang dilakukan Butet adalah menuliskan nama aslinya secara berulang pada selembar kertas. Ia menyebutnya wirid visual.
Seniman serbabisa itu pun lantas mengkonfigurasikan tulisan tangan tersebut ke berbagai wujud dan bentuk, sebelum akhirnya ditransfer pada medium kanvas, kain, batu, hingga tembaga dan pelat besi.
“Laiknya doa yang dikonkretkan, aspek materialnya (dari tulisan tangan pada selembar kertas) dikembangkan ke material lain seperti lukisan, pemindahan pada logam, laser, bordir, dan lainnya,” ujar kurator yang juga seniman keramik Asmudjo J Irianto.
Asmudjo menjelaskan, karya-karya Butet dalam pameran ini menunjukkan “keterampilan” dan kekuatannya dalam mengubah yang esoteris menjadi eksoteris. Pun wirid visual yang dilakukan Butet, lanjutnya, adalah refleksi diri yang meditatif dan kontemplatif yang juga menjadi self-healing dan self-suggestion, agar ada dampak kebaikan pada kehidupan.
Selain menghadirkan karya-karya yang mewakili laku spiritual Butet sebagai upaya dan harapan untuk mengubah nasib, Asmudjo mengungkapkan, “pameran ini merayakan kegembiraan kerja kreatif yang menembus batas-batas ruang seni.”
Keramik dan Nusantara. Butet belum menggunakan keramik sebagai medium untuk wirid. Namun, ia tetap menghadirkan karya keramik pada pameran kali ini. Hal ini berkaitan dengan kesadarannya atas materialitas pada karya, yaitu pemilihan keramik sebagai medium untuk melukis.
Keramik memiliki karakter dan identitas keras namun rapuh dan lukisan di permukaan keramik menghasilkan visual mengkilap. Berbeda dengan lukisan di atas kanvas yang lentur, lukisan di atas keramik memiliki permukaan keras dan tepi yang tidak teratur.
Aspek pemilihan materialitas yang diturunkan dari laku spiritual menjadi bagian penting dalam karya Butet dan pemilihan keramik menjadi komponen yang berlawanan.
Selain menuliskan namanya, Butet juga melakukan wirid dengan menulis kata “Nusantara”, sebuah laku spiritual yang diamalkan tidak lepas dari dunia dan budaya besar tempatnya tinggal: Indonesia. Laku spiritual dengan pamrih kebaikan situasi politik dan sosial tentu merupakan hal positif. Sebagian karya-karya dalam pameran “Melik Nggendong Lali” merefleksikan hal tersebut.
Melik Nggendong Lali. Butet mengambil inspirasi dari peribahasa Jawa yang secara ringkas berarti memaksakan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan.
Selain menjadi judul pameran, Melik Nggendong Lali juga merupakan judul dari salah satu karya pada pameran ini. Figur Petruk (tokoh wayang dalam budaya Jawa) tampil dalam bentuk patung yang berdiri di depan tiga lukisan triptych, yang dipenuhi tulisan serupa judul, Melik Nggendong Lali.
Tulisan tersebut, kata Butet, bisa ditemukan pada lukisan kaca tradisional Jawa dengan perwajahan para Panakawan.
“Bahwa kepemilikan, harta dan kekuasaan, sering membuat orang lupa. Ini menjadi warning kepada semua orang supaya eling, selalu ingat asal mula keberasalannya. Salah satu nilai hidup yang bersandar pada moral dan etika,” tuturnya.