Konser sinema bertajuk ‘Samsara’ menutup tahun 2024 dengan manis. Karya multidimensi yang diproduksi sutradara kenamaan Tanah Air Garin Nugroho tersebut dipentaskan di Jakarta, 13 – 15 Desember.
Tahun ini, Cine-Concert Samsara akan berkeliling dunia, dengan pertunjukan pertama di Perth Festival, Australia, 21 Februari 2025.
Dalam sesi pertunjukan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, penonton menikmati project seni yang unik dan magis. Sebuah perpaduan karya sinema berupa film bisu hitam-putih yang ditayangkan dengan diiringi ritmik irama gamelan Bali secara live di atas panggung.
Berjudul ‘Samsara’, cine-concert ini terbilang spesial. Garin mengawinkan elemen-elemen tradisional dan modern dalam satu momen yang sama di expanded sinema ini -- baik dari segi cerita, musik, koreografi, hingga kolaborasi para talenta di balik layar. Pertemuan Timur dan Barat yang turut melatari kisah yang bertumpu pada cerita wayang.
Dengan setting masyarakat adat Bali era 1930-an, ‘Samsara’ bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orangtua kaya dari perempuan yang dicintainya. Perempuan kulit putih yang dikenalnya sejak belia.
Lelaki itu (diperankan Ario Bayu) lalu melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet. Ia juga melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya, ritual tersebut justru menumbalkan sang putra. Istrinya pun berkabung derita hingga akhirnya.
‘Samsara’ menjadi perwujudan kisah manusia yang dramatis, yang menawarkan paradoks kebahagiaan dan sengsara bila cara mencapai tujuan ditempuh tidak semestinya.
Kisah ini menghadirkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital, serta tari dan topeng kontemporer.
Produksi ‘Samsara’ juga turut menampilkan seniman dan penari ternama Indonesia dan Bali. Di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.
Selain itu, project seni ini melibatkan para pembuat film yang telah berpengalaman dan mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Mereka adalah produser Gita Fara, penata busana dan kostum Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, dan sinematografer Batara Goempar.***