konser-piton
Konser kulintang Tomohon | Foto Johnly Gigir
Konser Piton
By DEKY GERUH
Mon, 05 May 2025
HARAPANNYA tidak muluk-muluk. Hanya ingin memberi sisi lain bagi kemajuan pariwisata Kota Tomohon.

Karena itu, lokasi yang dipilih adalah : Pasar Extrem, yang berada di dalam kompleks Pasar Beriman. Sebab, tempat ini menjadi salah satu lokasi 'wajib kunjung' bagi wisatawan, Nusantara maupun mancanegara, bila datang atau sekadar melintas di Tomohon.

Maklumlah, di pasar ini, tersaji aneka daging hewan yang tak khas dijual di tempat lain. Ular piton (Pythonidae, latin, nama ilmiah Sanca, nama lokal, patola), kelelawar, tikus hutan, babi hutan, rusa, kucing dan anjing rumahan hingga monyet, dipajang di lapak-lapak milik warga. Tanpa etalase.


Wakil Walikota Tomohon Sendy Rumajar, saat me-lounching Panggung Budaya Live Kolintang. Foto Johnly Gigir

Ada yang datang sekadar berswafoto dengan ular piton (tanpa kepala dan isi perut telah dikeluarkan, tapi kulitnya masih ada) yang digantung di etalase lapak. Tapi ada juga yang nekat membeli kiloan.

Momentum inilah yang dibidik Sanggar Bapontar. Sekelompok kecil warga Tomohon yang intens melestarikan budaya dan nilai-nilai tradisi leluhur etnis Tombulu, penduduk asli Kota Bunga itu. Hasrat mereka terpaut dengan Ferry Dalosa, Kabid Budaya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Donny Polakitan, Johnly Gigir, Joplin dan Nontje Tangkawarouw, empat pentolan Sanggar Bapontar, difasilitasi Ferry, kemudian menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, PD Pasar, Universitas Negeri Manado (Unima) dan Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Tomohon, mendirikan Panggung Budaya.

Lokasinya tepat di depan hanggar Pasar Extrem. Ukuran dan bentuknya masih 'apa adanya'. Tapi, sejak di-launching Wakil Wali Kota Tomohon Sendy Rumajar awal April lalu, setiap Sabtu, mereka sudah rutin menggelar live musik Kolintang. Dari atas panggung, 'aneka jualan extrem' itu dapat diakses dengan mata telanjang.


Pasar Tomohon. Foto Johnly Gigir

Animo yang mulai merekah dari konser ini membuat mereka menambah durasinya menjadi dua kali sepekan, Kamis dan Sabtu. Jam pentasnya tetap sama, 08.00 sampai dengan 12.00 Wita.

"Siapa saja bisa nyanyi di Panggung Budaya ini. Pedagang yang ingin rileks maupun pengunjung, khususnya turis. Tapi, penyanyi tetapnya sudah disiapkan Fakultas Seni dan Budaya Unima, pemainnya (Kolintang) kami dari Bapontar juga," papar Donny dan Joplin.

Alhasil, beberapa wisatawan mancanegara yang tengah di-arrange personel IPI Sulut maupun travel agent, mengaku kagum dengan 'konser' tersebut. Maka, jadilah acara ini konser Kolintang sekaligus konser Piton.

Ada yang mengabadikan aksi para penyanyi lewat video, namun ada pula yang minta dirinya difoto saat berada di atas panggung.

Lalu-lalang pedagang yang membawa hewan yang telah disembelih tepat di depan panggung, menjadi pemandangan tersendiri dari aktivitas di kawasan tersebut.

"Ini warna lain dari pariwisata Tomohon yang sebelumnya sudah populer dengan festival dan parade bunga tahunan (Tomohon International Flower Festival-TIFF). Kami ingin melestarikan budaya, sekaligus menghibur warga dan turis," imbuh Johnly dan Nontje, dua pengurus IPI di balik aksi itu. 



Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru