“Ditakdirkan menjadi orang waras ternyata tidak semenyenangkan itu. Banyak sekali hal yang harus diperjuangkan, harus terpaksa direlakan, dikorbankan, dan seringkali dihadang oleh tuntutan. Pantas saja, orang gila di luar sana terlihat bahagia dan baik-baik saja, ya?” – Sebuah kutipan dari buku Kita Juga Perlu Resah.
Ketika berada di fase dewasa, semua manusia pernah mengalami titik di mana dia merasakan begitu dahsyatnya kekecewaan. Apa itu dari sahabat, keluarga, atau hubungan percintaan, tergantung dari kehidupan yang kita jalani. Menjadi manusia yang bahagia adalah cita-cita manusia yang tak pernah betul-betul dirasakannya. Apa kita bahagia ketika kita punya segalanya? Tidak. Orang-orang yang seringkali kita kira bahagia di luar sana, nyatanya tak sebegitu bahagianya mereka.
Buku ini dibagi dalam tiga bab besar yang membahas tentang keresahan-keresahan selama hidup; isi kepala, isi hati, dan diri sendiri. Buku ini berisi kumpulan senandika yang befokus pada masalah hidup ketika berada di fase dewasa dan ditulis dengan gaya bahasa yang ringan sehingga rasa yang disampaikan mudah dirasakan.
“Membacanya serasa deeptalk di depan penulisnya, akhirnya bukunya basah karena air mata” ucap Azizah Humairah Syam setelah membaca buku ini.
Bukan hanya keresahan saja, buku ini sebisa mungkin mengarahkan pembacanya untuk tetap menerima kenyataan dengan cara mengubah sudut pandangnya hingga bisa merasa bahwa kecewa dengan kehidupan ternyata tidak semenyeramkan itu, dan bahkan juga kita perlu merasakannya demi kehidupan di masa depan.
Buku Kita Juga Perlu Resah merupakan buku ke enam dari Syahril Amaliah S, dan sudah dicetak lebih dari 2000 eksamplar dan disebar luaskan di seluruh toko buku nasional yang ada di Indonesia. Jika berkenan ingin tahu lebih dalam dengan penulisnya, akun instagram @syahrilamaliahs adalah media sosial yang menjadikan dirinya dikenal sebagai seorang penulis buku.
