keteduhan-jiwamu-adalah-monumen-yang-indah
| Dok ATALIA PRARATYA/Instagram
KETEDUHAN JIWAMU ADALAH MONUMEN YANG INDAH
By Admin
Tue, 07 Jun 2022
"Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada."

Oleh Abustan - Komunitas Satu Pena

TATKALA selesai membaca tulisan Atalia Praratya kata-kata yang dilukiskan untuk putera tercinta yang hilang di Sungai Aare, Swiss membuat kita jadi merunduk. Hening. Lama saya terdiam, hanyut dalam kesedihan,  fikiran melayang, ekspresi yang mengharu birukan mengental di wajah.

"Riil .. mamah pulang dulu ke Indonesia, ya,"

"Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada,"

" Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus,'

Di alinea terakhir ditutup dengan kalimat:

" Doa terbaik mamah dalam setiap hela nafas, Juni 2022"

Bahkan, hampir semua isu hangat dan aktual tenggelam oleh pemberitaan atas peristiwa yang merenggut nyawamu. Isu capres, Utang negara yang membengkak, mafia tanah, apalagi isu reshuffel kabinet semuanya bergeser dan tergusur.

Ril, seluruh rakyat Indonesia mengenang kamu bukan untuk memperpanjang kesedihan. Akan tetapi, untuk memberikan makna perenungan yang dalam tentang kehidupan. Tentu saja, menjadi nasehat dan peringatan (Wa'idh) bagi kita semuanya.

Kini, namamu tersimpan dalam memori kolektif bangsa dan akan tersimpan dalam sebuah monumen yang indah. Monumen ini bukanlah untuk mengsakralkan atau dimistiskan yang dipenuhi dengan "aura khurafat" monumen sejati berupa kebaikan-kebaikan, solidaritas seorang anak muda, jejak langkah yang menorehkan rasa kemanusiaan terhadap sesama hamba Allah, dan kedekatan terhadap keluarga. 

Maka, sebagai penghormatan terakhir sang ayah (Ridwan Kamil) dengan tongkat ditangan menyisir sungai Aare yang indah itu. Raut wajah sedih diusapkannya pelan-pelan. Asanya melambung menemukan kembali sang buah hati dalam bongkahan batu yang dihempas air.

Percikan gemericik air terus ditatapnya seolah ada wajah anaknya tergenang dalam pusaran arus sungai yang mengalir. Namun, harapan mulia sirna. Anak lelaki pujaan ayahanda tetap tak ditemukan. Sia-sia. Arus air deras bagaikan tak memberi maaf. Sebelum mengakhiri pencariannya ia mengumandangkan Azan di tepi sungai, pertanda perpisahan dengan Sungai Aare.

Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un. Alfatihah untuk Eril.

Wajah keluarga (ayah, mama, dan adik Eril) terbersit kepasrahan, bahkan keyakinan, bahwa kini anaknya tersayang diyakini sedang menuju surga, lambat atau cepat akan ketemu di tempat ke

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru