Tujuh tahun memimpin Museum MACAN, direktur perdana institusi seni kontemporer ternama di Asia Tenggara Aaron Seeto akan meninggalkan jabatannya pada akhir bulan ini.
Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) didirikan pada 2015 oleh seorang tokoh sekaligus kolektor Haryanto Adikoesoemo. Museum dibuka untuk publik dua tahun kemudian, dengan Aaron Seeto sebagai direktur.
Aaron melalui visinya yang kuat memiliki peran besar dalam merancang program-program dan konten museum. Dalam usahanya menjembatani dunia seni regional dan internasional lewat seleksi tema, para perupa, dan karya-karya beserta narasi yang mereka usung, Aaron selalu mengutamakan konteks budaya Indonesia.
Masa jabatan Aaron sebagai direktur resmi berakhir 31 Januari 2024. Ia akan melanjutkan karier di luar Asia.
Anggota dewan yayasan dan pihak manajemen museum mengungkapkan penghargaan terdalam akan peran penting Aaron dalam membangun kesuksesan Museum MACAN. Juga komitmen jangka panjangnya terhadap museum selama masa kerjanya.
“Kepemimpinan Aaron sebagai Direktur Museum MACAN memberikan sumbangsih penting dalam membesarkan institusi ini sejak kami membuka pintu untuk publik,” ujar Fenessa Adikoesoemo, Ketua Yayasan Museum MACAN, melalui keterangan tertulis.
Selama tujuh tahun memimpin Museum MACAN, Aaron mereguk sukses lewat program-program pameran yang mengesankan serta inisiatif-inisiatif program publik yang berdampak luas.
Sejak dibuka untuk umum, museum telah bekerja bersama sejumlah sekolah dan lembaga pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk sekolah negeri dan sekolah luar biasa. Museum juga melibatkan para pendidik dan guru, anak-anak dan siswa yang sebagian besar berasal dari 34 provinsi di Indonesia.
“Aaron telah berperan penting sebagai duta dan juru bicara untuk Museum MACAN di dunia seni internasional, sekaligus menjadi inspirasi untuk timnya. Kami sangat bangga akan semua prestasi serta landasan kuat yang telah kami letakkan untuk memajukan Museum MACAN,” lanjut Fenessa.
Apresiasi atas Kebebasan Kreatif. Aaron sendiri mengakui, dirinya melewati tujuh tahun yang luar biasa bersama Museum MACAN. Menurutnya, ini merupakan kesempatan yang langka. Terlebih, mereka bisa mewujudkan sebuah museum baru di lanskap seni yang sangat beragam, yang sebelumnya tidak memiliki sebuah institusi.
Didukung tim yang solid, Aaron mengatakan mereka memiliki kebebasan untuk memetakan arah dan visi kreatif, termasuk peran seperti apa yang ingin dimainkan oleh Museum MACAN di Indonesia, dan bagaimana mereka mampu mendorong dialog seni yang penting baik di kawasan regional maupun di seluruh dunia.
“Saya bangga akan apa yang telah kami capai saat ini bersama tim yang berbakat dan berdedikasi,” kata Aaron.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Haryanto dan Fenessa atas kepercayaan dan keyakinan mereka dalam mewujudkan Museum MACAN dari mimpi menjadi kenyataan, serta memposisikannya sebagai institusi yang identik dengan pendidikan dan literasi seni,” ungkapnya.
Selama masa transisi, Fenessa Adikoesoemo akan berperan sebagai juru bicara utama untuk Museum MACAN, sementara dewan berencana untuk menunjuk direktur baru. Pameran dan program untuk tahun 2024 akan diumumkan dalam waktu dekat. Kegiatan operasional dan acara di museum akan dijalankan oleh para staf senior yang berpengalaman.
Sebagai museum berkelas dunia pertama di Indonesia yang didedikasikan untuk seni rupa modern dan kontemporer, Museum MACAN berkomitmen kuat dalam menjalankan misinya menjadi garda terdepan ekosistem seni Indonesia.
Ini terwujud melalui penyelenggaraan pameran-pameran terkemuka dan program komisi karya baru, peningkatan akses publik kepada seni dengan membangun platform untuk gagasan dan jejaring, serta beragam program penjangkauan pendidikan yang memperluas literasi visual dan apresiasi seni untuk masyarakat Indonesia.