Dua belas tahun sudah sekolah mode Istituto di Moda Burgo Indonesia resmi didirikan. Bagi sang pendiri, Jenny Yohana Kansil, perjalanan ini adalah buah ketekunan.
Ia sendiri tak pernah menyangka tekadnya menekuni dunia festen berbuah keberhasilan. Karya-karya autentik dihasilkan. Desainer-desainer berbakat lulusan Istituto di Moda Burgo bermunculan. Eksistensi mereka menginspirasi, sekaligus memberi warna pada industri busana di Indonesia.
Mengenang perjalanan itu, Jenny menuturkan kisahnya dalam buku setebal 168 halaman Jejak Inovatif Jenny Yohana Kansil: Desainer & Pendiri Istituto di Moda Burgo Indonesia. Buku ini diterbitkan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Berbekal tekad kuat dan kepiawaian merespons kesempatan, Jenny mendirikan Istituto di Moda Burgo Indonesia. Sekolah mode pertama berbasis pendidikan fesyen dari Italia (Italian know-how) di Indonesia.
“Dulu saya pikir saya tidak berbakat di dunia fashion. Namun, saya belajar bahwa untuk bisa berkarya di dunia fashion tidak hanya membutuhkan bakat, tetapi juga keahlian. Skill atau keahlian itu bisa dipelajari,” ungkapnya.
Sebelum memutuskan untuk menemukan passion-nya sendiri, Jenny telah sukses di bidang keuangan pada usia 20-an. Namun, ia menyadari bahwa dunia fesyen lah yang membuatnya merasa hidup.
Ia lantas meninggalkan kariernya di bidang keuangan, dan mempelajari ilmu fesyen di Eropa. Jenny memulai karier di bidang fesyen dari nol.
Ambisinya untuk mengembangkan Istituto di Moda Burgo Indonesia meluluskan hampir 1.000 siswa. Sekolah ini melahirkan desainer-desainer berkualitas. Antara lain Julianto, juga Benita & Janice yang membawa brand mereka Maquinn di Milan Fashion Week Spring/Summer 2021.
Ada pula Tities Sapoetra, influencer yang terus berkarya sebagai desainer. Karya-karyanya dipercaya brand-brand ternama dalam berbagai kolaborasi.
Tities Sapoetra mengakui, burgo menjadi langkah pertamanya memasuki dunia fesyen. “Hanya Burgo yang punya buku pola yang mudah sekali untuk dipelajari, dan sampai sekarang masih saya pakai,” terangnya.
Selain sukses sebagai pengusaha di bidang pendidikan, Jenny juga menikmati perannya sebagai pendidik. Ia menyadari dirinya harus mampu menangkap visi dari setiap siswa dan membantu mewujudkannya.
“Murid saya harus mempelajari sistem, mampu membuat sistem, dan mengikutinya. Sebab faktanya memang banyak manufaktur yang tidak mau bekerja sama dengan desainer Indonesia karena cara kerjanya yang 'koboi',” lanjutnya.
Jenny tak membantah, tantangan lain sekaligus yang terbesar kini terletak pada hak cipta. “Salinan buku kami bisa beredar luas di marketplace,” sesalnya.
Yang tak kalah menarik dari episode kehidupan Jenny sebagai desainer, salah satunya, Jenny tercatat membawa batik durian khas Lubuklinggau di Emerging Talents Milan Fashion Show di 2021. Kisah tersebut terungkap penuh inspirasi dan emosi di dalam episode enam buku ini.
Setelah melalui perjalanan berliku, Jenny berhasil meraih penghargaan yang mengukuhkan namanya sebagai desainer. Jenny meraih The Genius of Gianni Versace Award di Milan, 21 September 2022.
Desainer senior Deden Siswanto pun memuji Jenny yang berani mengangkat wastra nusantara ke panggung internasional, dengan membawa konsep yang unik. “Saya berharap Jenny selalu kreatif dalam menciptakan karya-karya selanjutnya.”