Dua belas desainer interior Indonesia yang tergabung dalam ID12 kembali menggelar ekshibisi dua tahunan ‘The Colours of Indonesia’ (TCOI). Tahun ini, selebrasi karya, pengalaman dan persahabatan mereka dituangkan dalam pameran bertajuk ‘SUMMER HOME’ di Main Atrium Senayan City, Jakarta, 1 – 14 September 2024.
Agam Riadi menyajikan voyer dan formal living room bertajuk ‘Aviary’. Area spa dirancang apik oleh Vivianne Faye. Atmosfernya menenangkan. Bar oleh Anita Boentarman, casual dining room oleh Roland Adam, bathroom oleh Sammy Hendramianto, dan pantry oleh Yuni Jie.
Pada perhelatan tahun kelima TCOI kali ini, Ary Juwono merancang konsep interior casual living dan rooftop. Ia memamerkan living room yang terinspirasi dari cara maestro seni lukis Antonio Blanco mempresentasikan karya-karyanya di The Blanco Renaissance Museum, Ubud, Bali.
‘Atelier Blanco’ yang terkesan privat tampak kontras dengan area rooftop yang lebih playful, dengan percikan warna-warna antara lain biru, biru pastel, pink pastel, dan tone pelangi. Warna-warna ini sebenarnya bisa ditemukan di lantai living room, di mana Ary mengaplikasikan karya lukis dalam bentuk cetak di atas ubin.
Perpaduan biru dan orange mendominasi hobby room bertajuk ‘Blue Note’ karya Eko Priharseno, lengkap dengan alunan musik yang memanjakan telinga dan aroma.
Joke Roos membersamai desainer aksesori Rinaldy Yunardi mengalami langsung suasana menenangkan area bedroom ‘Seijaku Suite’. Prasetio Budhi menggarap outdoor lounge, berdampingan dengan presentasi outdoor entertainment bertajuk ‘Vitality Oculus’ karya Reza Wahyudi. Sementara Shirley Gouw hadir bersama formal dining room ‘Mid Summer Night Dream’.
SUMMER HOME mendasari seluruh rangkaian presentasi para desainer pada perhelatan tahun ke-5 The Colours of Indonesia, sekaligus satu dekade ID12 terbentuk. “Tahun ini kita ambil tema ‘Summer Home’ karena memang tema ini yang selama ini belum pernah kita bikin,” kata Ary, ketua panitia ekshibisi.
Di sisi lain, lanjut sosok yang juga chairman TCOI, “Permintaan untuk rumah kedua, rumah berlibur, rumah untuk merefleksikan diri, bersantai, dan sebagainya, memang sedang tinggi-tingginya.”
Namun, kebutuhan akan ‘rumah kedua’ bukan satu-satunya alasan. Para desainer melihat perubahan terjadi di banyak lini sejak pandemi, termasuk kebutuhan akan sebuah hunian beserta konsep interiornya.
Lebih banyak orang ingin memiliki rumah dengan area terbuka. Ruang yang lega agar bebas bercengkrama bersama keluarga, dan space yang cukup luas untuk menjalankan hobi bersama. “Bahkan, bila memungkinkan setiap sudut ruang benar-benar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi,” tutur Anita Boentarman.
Meski begitu, menurut Eko Priharseno, faktor terpenting dalam menciptakan ‘Summer Home’ adalah mengonsep hunian dengan atmosfer yang beraroma santai, jauh dari kesan formal, yang dapat memberi kenyamanan dan ketenteraman.
Kesan hangat dapat dihadirkan dengan pemilihan dan penggunaan material yang berkesan kasual seperti katun atau linen untuk upholstery. Warna-warna yang dipilih juga yang memberikan efek natural dan memancarkan kehangatan semacam terakota, krem, hijau, dan warna alami lainnya.
Eko meyakini, orang-orang tetap akan fokus pada kenyamanan pribadi, sebagaimana yang ia hadirkan melalui presentasi ruang hobi yang personal dan dapat dipersonalisasi sesuai karakter pemilik hunian. Ini pula yang menjadi salah satu alasan pemilihan tema utama ‘Summer Home’, dan bukan summer house.
“Home itu lebih kepada feeling. House itu adalah bentuknya. Jadi kita merasakan bagaimana temen-temen sekarang mengeluarkan imajinasi mereka tentang gambaran sebuah rumah yang nyaman. Bukan secara bentuk aja tapi secara feeling-nya, ambience-nya,” jelas Eko.
Selain pameran, dua pekan ekshibisi karya 12 desainer interior ini akan diramaikan oleh beragam aktivitas. Antara lain roundtable discussion, podcast yang dapat dinikmati secara live stream, talkshow, launching buku oleh Yuni Jie, dan kompetisi desain untuk menjaring bakat generasi muda melalui Student Design Challenge.
