happy-salma-ariel-tatum-adu-manis-di-bawah-langit-selabintana
Penampilan Happy Salma dan Ariel Tatum membawakan tarian jaipong 'Adumanis' dalam Lestari Tradisi: Sukabumi 1980 di Selabintana, 8 Desember 2023. | DOC. TITIMANGSA | IMAGE DYNAMICS
Art & Culture
Happy Salma & Ariel Tatum ‘Adu Manis’ di bawah Langit Selabintana
Devy Lubis
Mon, 11 Dec 2023
Adu akting bukan hal baru bagi aktris, produser sekaligus seniman Happy Salma, juga Ariel Tatum yang sejak 2005 mengembangkan karier di industri film nasional. Keduanya memberi kejutan lewat adu bakat kala membawakan tarian jaipong ‘Adumanis’ di bawah langit Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat.

Aksi panggung mereka memberi warna berbeda pada rangkaian pergelaran seni Lestari Tradisi: Sukabumi 1980 pada 8 Desember 2023 di area resort dan taman rekreasi yang telah populer sejak tahun 1900-an. Pergelaran yang dikemas dalam konsep pesta rakyat ini menghadirkan seni tari, musik karawitan, dan sinden.

Pagelaran Sukabumi 1980 dimulai pukul 19.30 petang, selepas unjuk bakat sederet seniman lokal pada sore hari. Acara dibuka penampilan Dewi Gita yang malam itu membawakan tembang dan menarikan Kandagan, tarian kreasi Jawa Barat yang menonjolkan sisi maskulin perempuan Sunda.


Suara emas Kiara Anjar Candrakirana juga memukau penonton yang duduk beralas lembaran tikar, yang terhampar di rerumputan. Jaipongan Daun Pulus Keser Bojong oleh penari dari Sanggar Gumintang turut menyemarakkan suasana yang terasa hangat di tengah kabut.

Irama yang mengiringi seluruh penampilan dalam pagelaran ini dimainkan secara langsung oleh para personel dari kelompok seni tradisional Sanggar Seni Gapura Emas, pimpinan Merwan Meryaman.


Tak sebatas alunan tembang dan ritmisnya tari-tarian. Aktris sekaligus presenter Donna Agnesia membacakan narasi tentang pesona kota ini. Serta asa untuk selalu menghidupkan tradisi dalam kehidupan sehari-hari, agar kearifan lokal yang kita miliki—apapun bentuknya—tidak hilang seiring pergantian zaman.


“Kalau ini semua punah, kita tidak bisa belajar dari manapun, dari Amerika, Eropa, Australia atau lainnya. Peradaban kita akan hilang. Jadi, hanya kita sendiri yang bisa memperjuangkannya,” ungkap Happy Salma setelah pergelaran usai.

“Kalau kita tahu masa lalu kita, kita bisa melangkah dengan terang ke masa depan,” tambahnya, merujuk identitas dan budaya anak bangsa yang patut dilestarikan.


Sukabumi berada di tanah Priangan Barat. Kota ini melahirkan berbagai bentuk seni dan budaya yang terawat hingga hari ini. Seni budaya bergerak bersama kehidupan masyarakatnya, di mana kebun-kebun teh dan karet yang masyhur digarap sejak dahulu kala.

Kota ini pun tumbuh sebagai peradaban yang maju, seiring pembangunan rel-rel jalan kereta dan stasiun yang menghubungkan kota ke Ibukota. Sukabumi pun ikut merawat budayanya dengan melestarikan seni tradisional Sunda. Kehalusan budi yang terkandung pada nilai-nilai terus dipelihara; terhimpun dalam kawih, pupuh, tari, bobodoran, ngibing dan ekspresi seni lainnya.


Apresiasi atas setiap upaya menghidupkan tradisi. Berdasarkan kesaksian dari para seniman yang menekuni tradisi dan kebudayaan Sunda, Sukabumi di era 1980-an sangat dekat dan dihargai oleh masyarakat. Di era tersebut, banyak paguron-paguron atau perguruan pencak silat yang kemudian dikreasikan dengan ibingan, estetika gerak tubuh, musik kendang pencak, kempul, terompet, menjadi kreasi tari jaipongan yang populer hingga mancanegara.

Tetapi, sejak tahun 2000-an mulai menurun, karena pengaruh musikalitas luar dengan gaya modern, sehingga gamelan yang lengkap jarang sekali dibawa tampil. Kebanyakan elemen tradisi hanya digunakan sebatas memberikan kesan etnik.


Mengembalikan ingatan pada pergelaran yang sama di era 1980-an, Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan bahwa pagelaran seni Sukabumi 1980 tidak hanya tentang memperkenalkan sejarah pertunjukan kebudayaan Sunda empat dekade silam.

“Tapi juga sebagai upaya untuk merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang mungkin pernah terlupakan,” tutur Renitasari, yang pada hari itu juga ikut menari di atas panggung bersama Mario Ginanjar dan sederet pengisi acara lainnya.


Renita mengatakan, terselenggaranya kegiatan ini membuktikan bahwa sebuah acara seni yang tidak harus berfokus di kota besar. Acara berkualitas dengan konsep sederhana, ditambah narasi yang kuat, menurutnya dapat diwujudkan di mana pun. Pergelaran Lestari Tradisi: Sukabumi 1980 menjadi salah satu bukti nyata.

“Dengan menyajikan acara yang memadukan tradisi dan inovasi, kami berharap acara ini menginspirasi masyarakat di daerah lain untuk melakukan hal serupa, dengan demikian komunitas seni termotivasi untuk terus berkarya melestarikan seni tradisi di tengah kehidupan modern dan semangat kecintaan akan budaya semakin menyebar di masyarakat,” pungkasnya.


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru