ghost-nets-awakening-the-drifting-giants
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM membuka pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants di Museum MACAN, Jakarta. | Dokumentasi Pribadi/Lionmag/Devy Lubis
Art & Culture
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants
Devy Lubis
Wed, 24 May 2023
Pameran unik yang menampilkan karya seni penduduk Selat Torres, Australia, digelar di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) Jakarta, 20 Mei – 4 Juni 2023. Ekshibisi terbuka untuk umum dan gratis!

Sebanyak 18 karya seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu atau ghost nets) dipamerkan dalam ekshibisi bertajuk Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants. Karya-karya tersebut dirangkai oleh kelompok seniman Selat Torres, Erub Arts.

Terinspirasi oleh lautan yang menghubungkan Australia dan Indonesia, pameran unik ini memamerkan seni kontemporer penduduk Selat Torres, sekaligus menciptakan platform untuk mengeksplorasi bersama berbagai tantangan lingkungan hidup, termasuk pengurangan limbah plastik dan konservasi laut.

“Menampilkan kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa, koleksi karya seni ini menggabungkan budaya Penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan,” ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, dalam konferensi pers.

Penggunaan kembali pukat ikan, kata dia, tidak hanya memberdayakan ulang sampah plastik, tetapi juga mendorong diskusi tentang bagaimana kita semua dapat berkontribusi bagi pengurangan sampah plastik. “Dan menjadi pelindung lautan yang lebih baik,” tambahnya.

Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants yang didukung oleh Qantas Airways dipamerkan di Museum MACAN hingga 4 Juni 2023. Selanjutnya, pameran ini akan dibawa ke Bali.

Direktur Museum MACAN Aaron Seeto mengungkapkan antusiasmenya akan kerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk membawa inisiatif penting ini ke Indonesia. “Untuk berbagi karya kreatif Seni Erub dan budaya kelompok seniman Erubam Kepulauan Selat Torres kepada audiens kami,” tuturnya.

Aaron menegaskan, seni adalah komunikator yang baik. Semangat edukasi yang digiatkan Museum MACAN selaras dengan apa yang dilakukan Erub Arts, yakni mengajak generasi muda dari usia dini untuk berani menyuarakan pendapat mereka tentang isu-isu dunia, termasuk isu lingkungan di sekitar kita seperti plastik.

“Kita bisa bicara dengan anak-anak hingga generasi yang lebih dewasa tentang isu ini melalui seni. Ini adalah tentang dunia tempat tinggal kita dan generasi masa depan,” jelasnya.

Untuk mendukung pameran ini, Kedutaan Besar Australia Jakarta dan Museum MACAN menyelenggarakan serangkaian lokakarya pendidikan dan bincang-bincang seniman yang dipimpin oleh Jimmy John Thaiday bersama Lavinia Ketchell dari Erub Arts.




Erub Arts menggiatkan promosi dan revitalisasi budaya tradisional Erubam Le (masyarakat Pulau Darnley) di Selat Torres melalui seni. Melibatkan komunitas dari empat klan di wilayah kepulauan tersebut, Erub Arts mengambil inspirasi artistik dari cerita-cerita tradisional dan tantangan kontemporer tentang tanah, laut, dan langit leluhur mereka.

Pada awal 1990-an, kelompok ini muncul sebagai EKKILAU, Erub Koskir Kimiar Ira Lug Aker Uteb yang bermakna ‘laki-laki dan perempuan Erub berkarya’. Pada 2011, Erub Arts menjadi pusat kesenian pertama di Selat Torres.

Pusat Seni ini berfokus pada pembelajaran komunitas, pengembangan keterampilan, dukungan karier dan peluang kewirausahaan dalam komunitas Erub. Saat ini, praktik kreatif Erub Arts terus berkembang melalui pendekatan kolaboratif yang mengupayakan pertukaran lintas budaya dan program pendidikan untuk segala usia.

Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants oleh Erub Arts menampilkan karya seni dari perupa Ellarose Savage, Emma Gela, Florence Gutchen, Jimmy John Thaiday, Jimmy K. Thaiday, Lavinia Ketchell, Nancy Naawi dan Racy Oui-Pitt.
Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru