Jika Shangrilla Pegunungan Jayawijaya, Papua tepatnya di kota kabupaten Wamena punya Baliem Festival, sedikit nyebrang perbatasan darat negara antara Indonesia – Papua New Guinea tepatnya di wilayah Pegunungan Hagen dan Pegunungan Bismarck, anda bisa menyaksikan dua festival budaya rakyat PNG yang legendaris dan spektakuler, yang biasa mereka sebut Goroka Show dan Mt. Hagen Show.
Meski digelar di dua tempat dengan tanggal pelaksanaan yang berbeda, keduanya menjanjikan pertemuan langka dengan ratusan suku asli dan penghuni sudut terpencil PNG yang sangat khas Melanesia, kaya budaya, penuh warna dan menakjubkan.
Pertujukan Budaya Mt Hagen atau biasa dikenal dengan Mt Hagen Cultural Show, digelar setiap bulan Agustus merupakan sebuah pertunjukan yang luar biasa yang menarik lebih banyak wisatawan daripada festival lain di Papua Nugini. Sementara Pertunjukan Budaya Goroka atau dikenal dengan Goroka Show, sebuah perayaan spektakuler yang diadakan setiap tahun pada bulan September, berdekatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan PNG, dirayakan di tengah hutan belantara Pegunungan Bismarck.
Kedua Festival ini sudah ada sejak 1960-an, telah terkenal di dunia karena keunikannya hingga menjelma menjadi magnet utama wisatawan berkunjung ke negara itu setiap tahunnya, menghadirkan lebih dari 100 suku berpartisipasi dalam acara tersebut menampilkan pertunjukan 'sing-sings' yang luar biasa - lagu tradisional, tarian dan pertunjukan ritual dengan panorama dan langit biru yang luas. Jadi akan ada banyak peluang menghasilkan foto yang luar biasa jadi pastikan kamera Anda terisi penuh, Anda akan diajak menyaksikan 'nyanyian-nyanyian' oleh suku-suku asli yang mengenakan pakaian tradisional yang memukau dan wajah-wajah yang dihiasi dengan cat wajah yang mencolok.
Dahulu, kedua festival ini adalah waktu untuk meredakan ketegangan antar suku dengan menyatukan semua pihak dalam sebuah acara budaya untuk menunjukkan sisi positif kehidupan.
Pada tahun 1956, Bob Cleland, seorang mantan kiap (petugas patroli), mencatat dalam memoarnya bahwa pertunjukan yang belum pernah terjadi sebelumnya, baru muncul di Taman Hari Nasional. "Dalam penyelenggaraan yang luar biasa ini, tanpa ada contoh sebelumnya, mereka meniru pola pertunjukan khas pedesaan Australia," ia mengenang.
Saya dapat merasakan bahwa sekarang focus kedua festival ini bergeser menjadi daya tarik wisata bagi penduduk lokal maupun orang asing dan menjelma menjadi magnet pariwisata PNG yang sangat kuat, selain memainkan perannya untuk menyatukan berbagai suku di wilayah tersebut, juga menjadi spot berbagi pengalaman budaya dan menenangkan permusuhan suku yang selalu ada tapi tetap mampu memberi ruang untuk ajang penghibur lokal dari kancah musik modern juga akan tampil selama pertunjukan dan seni dan kerajinan unik lokal juga akan dipamerkan. Sehingga sangat hidup dan interaktif sekali. Jadi, Yuk ke PNG?! (*)