eksodus-bintang-yang-sudah-uzur-ke-liga-arab-ulangi-kesalahan-di-liga-super-china
Penyerang anyar Al-Ittihad Karim Benzema saat diperkenalkan di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, Arab Saudi. | DOK. KARIM BENZEMA/TWITTER.
Sport
Eksodus Bintang yang Sudah ‘Uzur’ ke Liga Arab, Ulangi Kesalahan di Liga Super China
Herman Sina
Wed, 28 Jun 2023
“Kekuatan finansial yang disalahgunakan Liga Arab tidak menjadi ancaman bagi klub-klub Eropa.”

Sepak bola Arab Saudi sedang menikmati euforia semu. Klub-klub Liga Arab seakan berloma demi mendatangkan para pemain bintang dari Eropa dengan bayaran selangit.

Geliat transfer musim panas 2023/24 ini sepintas menyilaukan mata. Namun, langkah klub-klub Liga Arab itu justru salah besar lantaran berinvestasi pada pemain bintang yang sudah “uzur” atau di akhir karier mereka.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin pun angkat bicara terkait hal itu dan mengingatkan klub-klub Eropa agar tidak perlu takut dengan eksodus pemain ke Arab Saudi.

Cristiano Ronaldo (Al-Nassr) dan Karim Benzema (Al-Ittihad) tengah menikmati bayaran fantastis setelah mengantongi kontrak dengan klub-klub Arab Saudi di usia yang tak lagi muda. Tawaran menggiurkan juga diberikan kepada Lionel Messi dan Luka Modric, namun keduanya memutuskan berbeda.

"Saya pikir itu merupakan kesalahan untuk sepak bola Arab Saudi. Mengapa itu menjadi masalah bagi mereka? Karena mereka harus berinvestasi di akademi, mereka harus mendatangkan pelatih, dan mereka harus mengembangkan pemain mereka sendiri," kata Ceferin dalam wawancaranya dengan penyiar Belanda NOS sebagaimana dilansir ESPN, Rabu (28/06).

"Sistem belanja pemain yang hampir mengakhiri kariernya bukanlah sistem yang tepat untuk mengembangkan sepak bola," ujarnya. "Itu adalah kesalahan serupa di (Liga Super) China ketika mereka semua membeli pemain yang berada di akhir karir mereka."



Didier Drogba merupakan contoh lain menjadi rekrutan bintang ke Liga Super China pada 2012 saat klub-klub di sana berburu pemain depan yang berbasis di Eropa seperti Nicolas Anelka dan Frederic Kanoute. Namun, perkembangan sepak bola dan tim nasional pria di “negeri tirai bambu” itu hanya mengalami sedikit kemajuan secara internasional dalam beberapa tahun sejak itu.

"Katakan padaku satu pemain yang top, usia top, dan siapa yang memulai karirnya dan bermain di Arab Saudi?" tanya Ceferin.

"Tapi ini bukan soal uang saja. Pemain ingin memenangkan kompetisi top dan kompetisi top ada di Eropa."

Ketika ditanya apakah sepak bola Eropa telah kehilangan daya tarik utamanya, Ceferin menawarkan perspektif yang berbeda.

"Kami tidak kehilangan mereka. Mereka masih bermain sepak bola. Di akhir karir mereka, beberapa pemain pergi ke suatu tempat untuk mendapatkan uang," ujarnya.

Kini, kata Ceferin, UEFA tengah menimbang aturan baru yang akan memberi batasan secara menyeluruh pada anggaran terkait gaji dan transfer klub sebagai syarat untuk bermain di kompetisi Eropa.

"Karena kami tidak ingin dua atau tiga klub yang memiliki sumber daya tak terbatas, memiliki anggaran 5 miliar euro (Rp 82,2 triliun) atau 10 miliar euro (Rp 164,3 triliun)," katanya. “Maka kompetisi kita tidak menarik lagi.

“Hampir setiap klub, semua orang yang saya ajak bicara, setuju dengan itu. Kami belum memutuskan apa pun, kami hanya memikirkannya." ***


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru