dua-jenis-hormon
| Dok Muhammad Hanif/Lionmag
Dua Jenis Hormon
By Jemy Confido
Wed, 10 Aug 2022

Tension is what you want to be, relax is what you are.
- Chinese proverb -

Seorang nelayan sedang berbaring di tepi pantai sambil menikmati sinar matahari dan menatap keindahan laut. Seorang pengusaha kaya menyaksikan keasyikan sang nelayan tersebut. Dengan iseng, si pengusaha bertanya kepada si nelayan,

”Mengapa kamu santai-santai saja dan tidak bekerja?”

Si nelayan menjawab, ”Memang apa lagi yang harus ku lakukan? Aku sudah menangkap ikan yang cukup untuk hari ini, jadi aku bisa bersantai-santai.”

Sang pengusaha menjawab, ”Kalau aku jadi kamu, aku akan terus menangkap ikan sehingga aku bisa mendapat uang lebih banyak. Lalu uang itu akan kutabung sehingga aku bisa membeli kapal penangkap ikan yang kecil.”

”Lalu setelah itu apa yang akan kamu lakukan?” Si nelayan mulai penasaran.

”Aku akan terus menangkap ikan dan menabung sehingga bisa membeli kapal penangkap ikan yang besar seperti itu.” Si pengusaha menunjuk ke arah kapal penangkap ikan besar yang sedang lewat.

”Oh ya?” Tanya si nelayan.

”Tentu saja.” Jawab si pengusaha, ”Malah kapal itu sebenarnya kepunyaanku.”

”Setelah itu apa yang akan kamu lakukan?” Tanya si nelayan lagi.

”Ya aku bisa bersantai-santai menikmati pantai seperti sekarang.” Jawab si pengusaha.

”Kalau sama-sama untuk menikmati pantai seperti itu, bukankah sekarang juga aku sudah melakukannya? Lalu mengapa aku harus bekerja keras sampai membeli kapal segala?” Si nelayan menjawab ketus dan kembali bersantai-santai.

Pada kisah menggelitik di atas, perbedaan antara sang pengusaha dan sang nelayan bisa saja terjadi karena perbedaan filosofi hidup dan tingkat pengetahuan.

Namun fenomena tersebut juga menjelaskan mekanisme kerja dua jenis hormon yang berfungsi menciptakan perasaan kuat atau bahagia. Hormon yang pertama adalah adrenalin dan hormon yang kedua adalah serotonin.

Dalam kisah di atas, sang pengusaha dipicu oleh adrenalin yang mendorong dirinya untuk terus mencapai hasil yang lebih baik sedangkan sang nelayan dipenuhi oleh serotonin yang membuat ia bisa menikmati kebahagiaan hidupnya.

Adrenalin adalah hormon atau neurotransmitter yang meningkatkan denyut jantung, aliran darah dan oksigen. Adrenalin juga turut bekerja dalam mempertimbangkan apakah seseorang akan mengambil tindakan beresiko atau menghindarinya manakala dihadapkan pada sebuah bahaya atau tantangan.

Adrenalin biasanya akan terpicu oleh pembangkit stres seperti ancaman fisik, situasi yang menegangkan, kebisingan, cahaya yang sangat terang, atau suasana yang cukup hiruk pikuk.

Serotonin sering dianggap sebagai hormon kebahagiaan karena kemampuannya dalam menciptakan perasaan nyaman. Serotonin berperan dalam pengaturan mood seseorang termasuk  selera makan dan keinginan untuk tidur. Selain itu serotonin juga memiliki peranan dalam aspek kognitif seperti mengingat dan belajar.

Dalam keseharian kita, adrenalin dan serotonin memainkan peranan penting untuk menciptakan tekanan (tension)  dan ketenangan (relax). Adrenalin berperan dalam mendorong seseorang untuk meraih pencapaian yang lebih tinggi dalam berbagai bidang.

Seorang atlit membutuhkan adrenalin untuk memecahkan rekor. Seorang direktur perusahaan membutuhkan adrenalin untuk mencapai kinerja perusahaan yang telah ditargetkan. Adrenalin membawa seseorang untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Sebaliknya, serotonin berfungsi memberikan rasa nyaman. Seretonin memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati hal-hal yang telah dirainya serta menghargai apa yang ada dalam dirinya dan sekelilingnya. Dalam situasi seperti liburan atau meditasi, serotonin beraksi untuk membantu manusia memiliki kesegaran sehingga lebih siap menghadapi tantangan-tantangan baru yang lebih besar.

Uniknya, baik adrenalin dan serotonin bekerja dengan menambah atau mengurangi jumlah mereka di dalam tubuh manusia. Jumlah adrenalin yang terlalu sedikit membuat seseorang akan menghindar untuk menghadapi tantangan-tantangan baru. Sebaliknya jumlah adrenalin yang berlebihan akan membuat seseorang selalu mencari tantangan-tantangan baru.

Di sisi lain, seretonin yang terlalu sedikit akan membuat seseorang tidak bisa merasa tenang dan nyaman dengan keadaan yang dihadapinya. Ia akan selalu merasa ada yang salah baik dengan dirinya maupun apa yang ada disekitarnya. Sebaliknya, jumlah serotonin yang berlebihan akan membuat seseorang terlalu puas dengan apa yang ada dalam dirinya dan sekelilingnya sehingga ia tidak tertarik melakukan apa-apa selain menikmati hidupnya.

Tentu saja kondisi kita tidak selalu berada dalam keaadaan penuh dengan adrenalin atau penuh dengan serotonin. Bahkan pada kenyataannya, banyak manusia mencoba mendapatkan adrenalin dan serotonin dengan berbagai cara termasuk cara-cara yang merusak dirinya.

Pada tahun 1991, adrenaline junkie merupakan istilah yang populer. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan perilaku sekelompok orang yang melakukan berbagai aktivitas berbahaya untuk memenuhi kebutuhan adrenalin mereka. Demikian pula halnya dengan kebiasaan orang untuk mencari ketenangan dengan menciptakan ‘serotonin semu’ seperti narkoba. Semua cara-cara shortcut yang beresiko tinggi ini dipilih manusia untuk mengakomodir kebutuhan salah satu hormon yang mereka inginkan.

Menurut hemat saya, adrenalin dan serotonin dibutuhkan secara bergantian untuk menciptakan hidup kita berada dalam keseimbangan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Untuk menciptakan keseimbangan tersebut, adrenalin dan serotonin sebaiknya hadir secara bergantian. Adrenalin untuk memotivasi kita mencapai hasil yang lebih baik dan serotonin untuk memberikan relaksasi yang dibutuhkan setelah kita mengalami tension yang tinggi sebelumnya. Bila tubuh kita hanya diisi adrenalin, maka seluruh sel dalam tubuh kita akan dipacu sedemikian rupa sehingga bisa mengalami kerusakan yang cepat. Banyak ahli menduga proses seperti inilah yang membuat aktor laga ternama Bruce Lee meninggal dunia pada tahun 1973.

Adrenalin memang tidak menyebabkan kematian Lee. Namun kehadiran adrenalin memacu Lee untuk terus meraih prestasi yang lebih baik sehingga kemungkinan Lee mengeksploitasi otot-ototnya melampaui batas ketahanan tubuhnya. Karena itu, Lee terpaksa harus mengkonsumsi penahan rasa sakit yang ternyata memiliki efek samping yang cukup fatal bagi kondisi fisik Lee. Di sisi lain, apabila tubuh kita hanya memiliki serotonin maka kita hanya akan bersantai-santai menikmati hari-hari kita yang terasa begitu indah.

Untuk menjelaskan keseimbangan adrenalin dan serotonin, marilah kita simak ilustrasi hasil studi berikut. Pada saat seorang petinju sedang bertanding, ia dituntut untuk mengerahkan segenap kemampuannya untuk bisa mengalahkan lawannya. Untuk itu, ia harus bisa menahan rasa sakitnya, bahkan rasa sakit yang cukup fatal seperti tulang rusuk yang retak.

Setelah ia mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, maka sang petinju membutuhkan pemulihan. Pemulihan ini didapatkan dengan kehadiran serotonin, khususnya apabila sang petinju memenangkan pertandingan. Ketika ia menang, sakitnya menjadi terbayarkan.

Namun tentu saja Anda berhak bertanya, apa yang terjadi bila sang petinju kalah? Seperti halnya realita kehidupan yang tidak selalu berakhir dengan kemenangan, demikian pula halnya sebuah pertandingan tinju bukan? Meski demikian, kita masih bisa menikmati serotonin dengan mengapresiasi diri kita atas usaha yang telah kita raih, bahkan sebuah kekalahan sekalipun.

Anyway, live must go on.

BACA JUGA 9 Jenis Emosi Dalam Pengambilan Keputusan


*Tulisan ini pernah terbit di majalah Lionmag edisi Februari 2017


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru