dimsum-bukan-sekadar-cemilan-biasa
Dimsum | dody wiraseto
Culinary
Dimsum, Bukan Sekadar Cemilan Biasa
Dody Wiraseto
Sun, 15 May 2022

Menikmati secangkir teh hangat ditemani beragam camilan jadi salah satu kebiasaan masyarakat Tionghoa.

Menikmati secangkir teh hangat ditemani beragam camilan jadi salah satu kebiasaan masyarakat Tionghoa. Adalah Yum Cha, istilah yang digunakan oleh mereka yang khususnya dari Kanton untuk menggambarkan tradisi menikmati teh dan camilan bersama kerabatnya sembari bersantai. Apalagi di sepanjang Jalur Sutra, seringnya para petani, buruh, dan pedagang berbisnis di sepanjang jalur ini, membuat kedai teh pinggir jalan semakin banyak dan kerap dijadikan tempat minum teh saat sore.

Seiring berjalannya waktu, camilan-camilan yang disajikan pun semakin beragam dan salah satunya lahirlah dimsum. Camilan yang disajikan dalam keranjang pengukus kecil yang terbuat dari bambu dan memiliki bentuk yang bervariasi. Camilan ini kian populer, bahkan tidak lagi harus sebagai peneman minum teh. Dimsum berdiri sendiri menjadi salah satu kuliner Tionghoa yang mampu berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tidak sedikit restoran di kota besar Indonesia yang memang khusus menyajikan menu dimsum. Tidak hanya di mal, di tepi-tepi jalan seperti di Jakarta pun saat ini dimsum sangat mudah ditemui. Dari kalangan muda hingga dewasa, menjadikan dimsum sebagai salah satu hidangan favorit.

“Pengaruh budaya orang Indonesia yang menggemari makanan-makanan kecil sebagai camilan jadi faktor utama mengapa dimsum kian digemari saat ini,” ungkap Suyanta, Chinese Chef Gran Melia Jakarta. Di samping itu, dari segi rasa juga dimsum masih familiar dengan masyarakat Indonesia dan harganya yang terjangkau.

Itulah mengapa perkembangan dimsum saat ini sangat pesat dan bisnisnya pun semakin luas dengan beragam promo-promo menarik di dalamnya. Hanya saja untuk level mal dan pinggir jalan dipandang Suyanta, karakter dimsum tradisional adalah yang paling digemari. Beberapa di antaranya adalah Dimsum Har Gow (Hakau), Dimsum Xiao Long Bow, dan dimsum yang sangat ikonik, yakni Phoenix Claws, yakni ceker ayam yang dimasak dan direndam bumbu saus Douchi agar meresap sampai tulang, dan kemudian ceker dimasak dengan cara dikukus.

Sedangkan untuk di hotel-hotel terutama bintang 5, dimsum yang disajikan selain dimsum tradisional juga dilengkapi dengan dimsum fusion di mana kreativitas dan cita rasanya lebih kaya. Nilai lebih dari dimsum fusion ini adalah variasi bentuk dan rasa yang beragam tergantung tangan dan pengalaman seorang chef-nya tersendiri. Keunikan yang membuat dimsum satu hotel dengan hotel yang lain punya faktor pembeda dan hanya didapat di tempat ini saja.

Dimsum Fusion Kaya Rasa

Keunikan dan pengalaman seorang chef ini pula yang membuat restoran sekelas Pearl Chinesse Restaurant berani mengubah variasi dimsum-nya. Adalah Daniel Foong, Executive Chinesse Chef Pearl Chinesse Restaurant yang sudah berpengalaman selama 23 tahun di bidang kuliner yang dipercaya mengkreasikan menu dimsum di restoran yang berlokasi di lantai dua JW Marriot Hotel Jakarta ini. Ada 16 kreasi dimsum yang dibuat oleh Chef Daniel yang disesuaikan dengan konsep modern klasik sesuai karakter restorannya.

Penyajiannya pun tetap dengan teh untuk pertahankan tradisi Yum Cha khas Kanton. Beberapa teh pilihan antara lain Chrysanthemum Tea, Oolong atau Teh Guan Yin dan Green Tea. Restoran dengan ragam hidangan kanton modern ini terbagi dalam dimsum yang dikukus, digoreng, dan kreasi baked dumpling.

Di jajaran dimsum kukus, ,menu baru tersebut antara lain XO Spinach Shrimp Dumpling, Spicy Vinegar Chicken Dumpling, Steamed Chinese Sausage with Salted Egg Yolk Dumpling. Sedangkan untuk pilihan yang digoreng, Chef Daniel menyajikan Deep-Fried Taro Puff with Truffle and Roasted Duck Meat, Crispy Dragon Ball with Cheese and Pan-Fried Chicken Dumpling.  

“Misi kami adalah mempercepat keselarasan tren kuliner di setiap wilayah saat ini untuk membawa hidangan Kanton ke tingkat lebih tinggi yang menjadi keunggulan kuliner keseluruhan hotel ini. Dim sum buatan tangan baru dari Executive Chinese Chef kami dibuat dengan banyak harapan baru untuk tingkatkan pengalaman bersantap di Pearl Chinese Restaurant,” ungkap Adeza Hamzah, Direktur Cluster Pemasaran untuk JW Marriott Hotel Jakarta & The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan.

Tidak jauh berbeda dengan Pearl Chinesse Restaurant, di Tien Chao yang berlokasi di Gran Melia Jakarta juga hadirkan sajian menu dimsum istimewa. Restoran ini menyajikan menu dimsum dalam konsep all you can eat. Dalam jajaran menu dimsum kukusnya, Tien Chao menyediakan tujuh menu dimsum, yakni Dragon Fruit and Scallop Dumpling, Shrimp Dumpling (Har Kow), Siew Mai Dumpling, Egg Custard And Salted Yolk Pao, Crab Meat and Spinach Dumpling, Glutinous Rice in Lotus Leaf dan Chicken Feet with Chilli and Black Pepper.

Kemudian dalam sajian Baked Dimsum, Tien Chao menyajikan menu Egg Tart dan Egg Tart with Birds Nest. Kemudian dilengkapi dengan sajian Fried Dim Sum yang punya sepuluh varian salah satunya adalah Shanghai Kuo Tie yang memiliki bentuk menyerupai Gyoza.

“Walau bentuknya hampir mirip, tetapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara Kuo Tie dengan Gyoza. Kuo Tie punya cita rasa yang lebih kuat dibanding Gyoza,” ungkap Chef Suyanta. Dimsum kini jadi bagian dalam khazanah kuliner di Indonesia. Kuliner tiongkok yang mampu memikat pencinta kuliner dengan bentuk, penyajian hingga rasa yang kian variatif.

Pernah dimuat di Majalah Batik Air Edisi Agustus 2019
Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru