di-bawah-langit-sagarmatha-4
Jalur menuju EBC melalui batu-batu terbungkus salju. | Foto Makhfud Sappe
Destination
Di Bawah Langit Sagarmatha #4
Makhfud Sappe
Wed, 17 May 2023
Medan panjang dan terbuka antara Lobuche dengan Gorakshep.

Trek berikutnya adalah medan panjang dan terbuka antara Lobuche dengan Gorakshep. Gorakshep, 5.140 mdpl, adalah dusun terakhir di “ujung” Himalaya menuju Everest. Setelah itu, bagi pendaki yang menuju Mount Everest menggunakan tenda.

Di Gorakshep, kami menginap dua malam. Inilah tempat beristirahat terakhir sebelum ke Everest Base Camp. 

Di Gorakshep. Depan kiri-kanan; R Sigid Tri Hardjanto, Rudy Jaya S, Makhfud, Stefanus J Chang. Tengah, Achmad Hasan. Belakang kiri-kanan; Ryan B Sumali, Hamid Jafar, Stanley Anjaya, Raymond B Sumali dan Theodorus CD.

Kami tiba di Gorakshep sebelum makan siang. Hujan salju mulai turun hingga sore. Penginapan penuh oleh pendaki yang beristrahat sebelum ke Everest Base Camp. Rencananya, kami akan ke EBC keesokan harinya, dan lusanya ke Kala Patthar.

Malam di Gorakshep sangat dingin. Susah untuk tidur. Suhu udara menyentuh minus 19 derajat Celcius. Kantong air panas kurang banyak membantu. Akhirnya kami memutuskan tidur di ruang makan yang lebih hangat. Kami pun tidur di kursi-kursi makan. Keesokan paginya kami bersiap menuju EBC. 

Setelah briefing dan berdoa bersama, rombongan meninggalkan Gorakshep. Diperkirakan, kami tiba di EBC siang hari, lalu kembali ke Gorakshep.

Jalur menuju EBC melalui batu-batu terbungkus salju. Dalam perjalanan kami melihat puncak Everest tersembul di antara puncak-puncak lainnya. Khumbu Glacier juga terlihat di sisi kanan. 

Akhirnya kami sampai di Everest Base Camp (EBC) pada siang hari yang cerah. Perjalanan dengan segala tantangannya selama sepuluh hari sejak meninggalkan Lukla terbayar dengan pemandangan pegunungan yang luar basa. Kami bersyukur cuaca cukup cerah.

Hanya ada beberapa pendaki di EBC. Kami pun gantian berfoto di depan batu yang ada tulisan Everest Base Camp 5364 m. 


Setelah foto-foto, kami bersiap kembali ke Gorakshep, karena tidak bisa melakukan aktivitas lainnya di EBC.

Malam kedua di Gorakshep kami putuskan untuk tidur di ruang makan yang lebih hangat. Keesokannya cuaca mendung. Dan sepertinya akan turun badai. Setelah berembuk, kami membatalkan pendakian ke Kala Patthar. Karena dikuatirkan badai salju akan menahan rombongan beberapa hari di Gorakshep. Kami semua sudah bersyukur berhasil mencapai EBC, ini berkat kekompakkan dan kerjasama Tim. 

 “Dapat kesempatan menikmati keindahan ciptaan Allah Tuhan Yang Maha Esa sini adalah rezki besar bagi saya. Rezeki yang lebih besar lagi adalah teman-teman dalam tim semuanya manusia yang baik dan bagus hatinya” ujar Achmad Hasan sebelum meninggalkan Gorakshep.

Pagi itu kami langsung turun ke Periche, dan selanjutnya ke Lukla dengan menggunakan helikopter. Barang-barang kami sudah lebih dahulu jalan turun ke Periche diangkut gokyo. 

Tapi ini membuktikan, bahwa dengan kondisi kelelahan dan tekanan alam yang hebat, kami masih tidak menyerah untuk mencapai tekad kami menjejakkan kaki di Everest Base Camp. Persis seperti moto Nimsdai dalam “Possible Project”nya:  “Giving up is not in the blood, Sir”.

Saya teringat kutipan Edmund Hillary yang saya baca di salah satu buku di cafe 4410 Dingboche :  It is not the mountain we conquer but ourselves : Bukan gunung yang kita taklukkan tapi diri kita pendiri

Kembali ke : Di Bawah Langit Sagarmatha

BACA JUGA : Mengejar Bunga Ungu ke Provence



Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru