“I Rossoneri butuh waktu 11 tahun dan 4.033 hari untuk mengangkat trofi Serie A di musim 2021-22.”
Dari Stadio Olimpico di Kota Roma yang merupakan markas AS Roma, tepat 11 tahun lalu AC Milan meraih gelar Serie A pada musim 2010-11 menyingkirkan rival sekotanya Inter Milan yang keluar sebagai runner-up. Itu merupakan gelar liga ke-18 yang dibawa pulang ke San Siro.
Selanjutnya, Juventus merajai kasta tertinggi sepak bola Italia dengan meraih Scudetto selama sembilan musim berturut-turut – dari musim 2011/12 hingga musim 2019/20 – sebelum Inter Milan keluar sebagai kampium pada musim lalu, sekaligus memupus dominasi Nyonya Tua.
Sepanjang 11 tahun penantian, Milan dua kali sempat mencicipi posisi runner-up, yakni musim 2011/12 dimana Juventus keluar sebagai juara untuk mengangkat trofi ke-28, kemudian musim 2020/21 dengan Inter Milan sebagai juara (trofi ke-19).
I Rossoneri bersama Milanisti merayakan kemenangan bersama di Kota Milan setelah meraih Scudetto ke-19 musim ini. Dok. ACMilan/Twitter.
Namun, pada Minggu (22/05) malam, jalan panjang itu berakhir. Mapei Stadium-Citta del Tricolore, Reggio Emilia, yang merupakan markas Sassuolo menjadi saksi I Rossoneri keluar sebagai juara Serie A musim 2021/22 setelah menang 3-0 atas tuan rumah berkat gol dari Olivier Giroud yan mencetak brace dan Franck Kessie.
Milan, dalam laman resmi klub yang dilansir Selasa (24/05), menggambarkan laga pamungkas di Reggio Emillia merupakan pertandingan sempurna yang mengantarkan skuad Merah Hitam meraih Scudetto ke-19 dalam sejarah klub, sekaligus menyamai capaian rival sekotanya Inter Milan.
Skuad yang diasuh Stefano Pioli sebagai pelatih kepala ini menutup musim dengan 86 poin. Milan mendominasi kampanye musim ini dengan percara diri dan dewasa dalam kerja sama tim, dan spirit itu terus meningkat terutama dalam laga-laga krusial. Itu sebabnya, penghargaan layak diberikan kepada masing-masing pribadi dalam tim yang memungkinkan raksasa Kota Milan mencatatkan sejarah baru tahun ini.
Pencapaian yang luar biasa dan bersejarah ini merupakan buah dari proyek ambisius sepanjang musim. Di atas klasemen, mereka mencatatkan 86 poin, 26 kemenangan, dan mencetak 69 gol. Itu adalah statistik kunci yang menghantarkan Rafael Leao cs mengusung trofi juara.
Di sisi lain, kembalinya Zlatan Ibrahimovic ke San Siro juga menjadi elemen penting dalam kesuksesan Milan kali ini. Dengan pengalaman, karisma, kekuatan, dan gol-gol yang lahir dari kakinya, penyerang veteran ini terbukti mengangkat kepercayaan diri pemain muda I Rossoneri.
Dari itu semua, Stefano Pioli sebagai pelatih memainkan peranan krusial dalam membangun tim, memberi mereka arahan dengan visi bermain yang jelas dan meyakinkan.
“Kami telah menuliskan kisah cinta yang unik. Kebahagiaan adalah cinta, tidak ada yang lain. Dan saya telah jatun cinta dengan AC Milan dan anak-anak (para pemain) saya,” demikian Pioli mengutarakan suka cita atas kemenangan timnya. ***