dag-dig-dug-kisah-yang-relevan-dari-masa-ke-masa
Preview media pementasan naskah karya Putu Wijaya DAG DIG DUG yang dibawakan Teater Populer di Jakarta, 24 Januari 2025. | Dok Bakti Budaya Djarum Foundation
Movie & Music
DAG DIG DUG: Kisah yang Relevan dari Masa ke Masa
Devy Lubis
Wed, 29 Jan 2025

Dag Dig Dug' yang dipentaskan di Teater Salihara, Jakarta, pekan lalu merupakan naskah drama karya Putu Wijaya. Kisahnya tak lekang oleh zaman. 

Sang sutradara Slamet Rahardjo membuat perubahan-perubahan kecil dari naskah asli. Namun, ia tetap menampilkan roh cerita utamanya. 

Slamet membuat sampai enam revisi. "Bagi saya teater adalah rumah dan pementasan ini membawa saya kembali ke rumah saya, teater," ujarnya.

'Dag Dig Dug' menampilkan berbagai situasi yang membuat penikmatnya merenung, sesekali tertawa getir, menghadapi kekusutan dan kekacauan yang terjadi dalam diri manusia dan sekitarnya. 

Dialog terkadang tanpa ujung pangkal dan sebagian terasa dituturkan bukan kepada lawan main, melainkan kepada penonton. Lebih tepatnya kepada situasi sekarang. 

"Lakon ini sangat relevan dengan situasi mutakhir, bukankah belakangan ini kita sering dibuat deg-degan?” cetus aktor kawakan tersebut.


TERKAIThttps://lionmag.id/home/detail/dag-dig-dug-mengenang-chaerul-umam-telegram-dan-potret-kehidupan-manusia

Berperan sebagai Bapak, Slamet Rahardjo tampil bersama aktris senior Niniek L Karim membawakan peran utama pasangan lanjut usia. Bukan kebetulan bahwa keduanya pernah terlibat pada lakon yang sama, 1977 silam. 

Pada waktu itu keduanya masih berusia 28 tahun. Artinya, mereka kembali di pentas dan bermain di lakon yang sama setelah 48 tahun berselang.

Slamet Rahardjo bersyukur atas kepercayaan yang diberikan. Baginya, usia adalah anugerah. "Saya tidak ingin usia menjadi kendala karena sebagai pemain teater, saya menghapal 47 halaman," tuturnya.

Senada, Niniek L Karim mengatakan, dirinya menerima tantangan akting bukan hanya karena naskahnya menarik. Baginya, ini bagian dari penghormatannya terhadap Teguh Karya, pendiri Teater Populer. 

"Kalau bukan karena beliau, saya tidak akan menjadi seperti sekarang,” ujar Niniek L. Karim, yang dikenal pula sebagai pengajar di Fakultas Psikologi UI, peraih berbagai penghargaan aktris terbaik di ajang Festival Film Indonesia.***








Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru