biak-wisata-sejarah-di-kawasan-cantik-dengan-pengalaman-unik
Monumen Perang Dunia Ke II di Paray-Biak menjadi Petanda Ganasnya Perang Pasifik yang pernah terjadi dan sebagai Pengingat bahwa Tidak Ada Pemenang dalam Perang. (Oscar M | Foto : Oscar Motuloh/Buku Biak Debris Of War
Destination
BIAK: WISATA SEJARAH DI KAWASAN CANTIK DENGAN PENGALAMAN UNIK
By Evi Aryati Arbay
Tue, 10 Jun 2025

Proyek pembuatan Buku Biak Debris Of War (Puing-Puing Perang) telah banyak membuka mata dan pengetahuan saya tentang Biak, selain letaknya yang strategis di gerbang pasifik tak hanya membuatnya indah up and down tapi juga kaya akan Budaya dan Tradisi masyarakat pesisir pantai Papua yang sangat legendaris Sementara itu begitu banyak orang Indonesia tidak mengetahui Peran penting Biak baik dalam sejarah perjalanan kemerdekaan Indonesia sendiri, Biak ternyata pernah menjadi Palagan Perang Pasifik yang sangat penting dan menentukan meski sayangnya peristiwa perang tersebut seperti “terlupakan” dari arena perang dunia lainnya. 

Biak adalah perpaduan alam yang cantik dan pernik-pernik sejarah perang dunia. Distrik di Kabupaten Biak Numfor di Provinsi Papua ini dikenal di dunia internasional karena Perang Biak 27 Mei - 17 Agustus 1944. Perang 80 tahun lalu itu merupakan cuplikan Perang Dunia II antara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan Jepang. AS menduduki Biak sebagai batu loncatan sebelum invasi ke Filipina.

Ketika 12.000 tentara AS mendarat di Biak pada 27 Mei 1944, Biak telah diduduki oleh 11.800 tentara Jepang yang tinggal di gua-gua untuk berlindung dan bertahan. Setelah AS-Jepang saling gempur selama 80 hari, AS menang dengan korban jiwa 500 tewas, dan 2.400 luka. Jepang kehilangan 6.100 nyawa, 450 ditangkap dan ratusan lain hilang. AS menjatuhkan 367 kilogram peledak dahsyat jenis TNT ke dalam gua Binsari yang menyebabkan banyak korban di pihak Jepang. 


Puing-puing Perang yang ditemukan di Biak sebagian disimpan oleh museum kecil yg dikelola Yusuf Rumahropen secara mandiri, lainnya merupakan koleksi Musium Pacific War di Iwate,Jepang. Photo : Eky Tandyo for Biak Debris Of War Book.

Zona Perang Biak (ZPB) tak tersentuh selama beberapa tahun selepas perang sebelum kemudian dieksplorasi secara tradisional oleh penduduk lokal. Sisa-sisa perang di gua Binsari secara resmi ditemukan oleh pemerintah setempat pada 1980. ZPB mengungkap ribuan tulang manusia dan sisa-sisa peralatan perang dari dua kubu seperti amunisi, pistol, senapan laras panjang, granat, helm, tank, pesawat terbang, jeep, dinamo portable, peralatan komunikasi dan penerangan, serta alat-alat pribadi seperti tempat minum, ketel, dog-tag (lempeng logam tanda pengenal), seragam. Sebagian sisa-sisa perang dan tulang belulang dikumpulkan di rumah penduduk lokal dan menjadi objek yang menarik sekaligus memilukan. Amat disayangkan sejumlah artefak perang telah banyak pula dijarah oleh tangan-tangan tak bertanggung-jawab.  

ZPB bisa dianggap sebagai kawasan kunjungan wisatawan pascaperang (post-war tourism) dan menjadi lanskap kenangan dan pendidikan tentang konflik antarmanusia. Di zona ini wisatawan bisa berimajinasi tentang masa lalu yang kelam di tempat aslinya. Sambang ke ZPB adalah perjalanan untuk menghayati relasi manusia dengan kebanggaan membela tanah air, kemampuan manusia bertahan dalam penderitaan dan menghadapi ketakutan dan mungkin juga ketika berpasrah dalam kematian yang indah karena membela nama bangsa mereka.(*)



Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru