Di antara deru angin di lereng Gunung Agung, suara gamelan berpadu renyah tawa anak-anak; aroma dupa bersatu dengan wangi kopi Bali. Semua itu menjadi simbol bahwa Indonesia bukan hanya peta dan batas wilayah, tetapi rumah yang kita bangun bersama, batu demi batu, hati demi hati.
Penyelenggaraan tahun ke-3 Bakti Indonesia digelar di Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali, 22–24 Agustus 2025. Acara ini mempertegas semangat berbagi sembari menebarkan nilai-nilai toleransi dari dua inisiatif sebelumnya yakni gelaran perdana di Masjid Istiqlal – Jakarta pada 2023, disusul Gereja Katedral – Jakarta, tahun lalu.
Selama tiga hari penyelenggaraan event, Bakti Indonesia di Pura Agung Besakih mengalirkan energi kemanusiaan melalui beragam kegiatan. Antara lain donor darah bekerja sama dengan Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Bali dan konsultasi psikologi oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran – Bandung dan Universitas Jayabaya – Jakarta.
Pemeriksaan mata dilakukan menggandeng RS Mata Bali Mandara, perawatan gigi oleh CS Dental Aesthetic Clinic, deteksi dini kanker payudara bersama Yayasan Kanker Indonesia Bali, pemeriksaan jantung dan EKG bersama tim dokter RSUP Ngoerah - Denpasar, juga penyuluhan kesehatan dari para ahli, serta bazar UMKM yang menampilkan karya perajin-perajin lokal.
Yang berbeda kali ini adalah penyelenggaraan talk show yang membahas tentang nasionalisme. Hadir sebagai pembicara Inaya Wulandari Wahid (‘Inayah Gus Dur’) dan Okky Asokawati, dengan moderator Dian Rahmawaty. Acara dilanjutkan dengan bincang sehat dari Prodia, serta ditutup oleh RSUP Ngoerah yang membahas tentang Prana dan Geriatri.
“Bukan sekadar pelayanan kesehatan dan bazaar, setiap kegiatan menjadi jembatan yang mempertemukan orang dari berbagai latar belakang untuk saling menyapa, tertawa, dan merayakan rasa memiliki pada negeri ini,” ungkap penggagas Bakti Indonesia, Mulia Jayaputri, melalui keterangan tertulis.
Mulia menegaskan, acara ini bukan formalitas kegiatan amal yang bergerak dari satu rumah ibadah ke rumah ibadah agama berbeda. Mereka ingin tak hanya mensinergikan semangat nasionalisme dalam merayakan Kemerdekaan Indonesia, tapi juga secara konsisten merawat kebhinekaan dengan beragam cara.
“Bisa kita bayangkan, buruh atau petani dari Karangasem, misalnya, tak hanya periksa jantung, tapi belajar merangkul perbedaan. Mereka membawa pulang pengalaman spiritual sekaligus rasa memiliki pada negeri ini,” kata Mulia, lagi.
Senada, Ketua Panitia Bakti Indonesia 2025 Iman Usmansjah menjelaskan harapan mereka untuk terus bergerak hingga menjangkau seluruh provinsi di Tanah Air. “Tahun depan, langkahnya akan menuju KelenŁeng Sam Poo Kong, Semarang. Lalu pada 2027, sejarah akan kembali diŁulis di Candi Borobudur,” ujarnya.