20-tahun-ubud-writers-readers-festival
Ilustrasi Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) | DOKUMENTASI PRIBADI UWRF | HO
Art & Culture
20 Tahun Ubud Writers & Readers Festival
Devy Lubis
Tue, 06 Jun 2023
Penyelenggaraan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) tahun ini genap berusia dua dekade. Pekan sastra di Kota Budaya - Bali ini digelar 18-22 Oktober 2023. Mengusung tema Atita, Wartamana, Anagata: Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan.

Sejak kali pertama diluncurkan, festival ini telah menjadi sebuah forum penting untuk para penulis dan pembaca. Mereka membagikan kisah, sekaligus terlibat dalam percakapan-percakapan yang bermakna.

Tema tahun ini Atita, Wartamana, Anagata terinspirasi oleh konsep kearifan lokal Bali Tri Semaya. Pandangan filosofis orang lokal mengenai waktu yang mereka pandang sebagai suatu hal yang bersifat non-linear, sirkular dan kolektif.

Gagasan tentang Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan bukan hanya sesuatu yang tidak terpisahkan, namun juga berlangsung secara bersamaan. Konsep ini membangkitkan representasi metafisik sebuah ‘makhluk’ yang cakupannya jauh melampaui daur hidup individu.

Konsep tersebut menekankan pentingnya keseimbangan dan keselarasan, yang kemudian merajut sebuah benang rapuh yang mengikatkan takdir umat manusia melintasi batasan waktu dan ruang. Pandangan ini membantu kita untuk melampaui individualisme dan mulai berpikir tentang cara untuk bersama merawat satu sama lain sebagai umat manusia, dari satu generasi ke generasi selanjutnya.



Dialog pertukaran kreatif dan intelektual. Tema tahun ini diturunkan menjadi serangkaian program menarik, yang akan menjadi wadah dialog dan pertukaran kreatif dan intelektual. Tema besar mencakup sejarah pribadi dan kolektif, penyegaran spiritual, sekaligus konteks sosial, lingkungan, ekonomi dan politik global kontemporer.

Sekali lagi, UWRF akan menampilkan para penulis, seniman, intelektual, cendekiawan, dan pembicara yang akan membagikan pandangan mereka soal sejarah, urusan terkini dan masa depan dunia.

Festival ini juga akan memberi penghormatan kepada mereka yang telah membaktikan kehidupan mereka untuk membangun dan memelihara lanskap sastrawi kita, dengan mendukung skena sastra Indonesia dan global, sekaligus meningkatkan literasi dan minat baca.

“Adalah penting bagi kami untuk memastikan bahwa program 2023 kami merangkum perjalanan kami selama 20 tahun terakhir sebagai sebuah perayaan atas seni kesusastraan dan komunitas kreatif kami yang terus berkembang,” ujar pendiri dan direktur UWRF Janet DeNeefe seperti dalam keterangan tertulis, 25 Mei 2023.

Ia menambahkan, “Ini juga merupakan waktu yang tepat bagi Festival untuk merenungkan hal-hal apa saja yang telah kami raih dan arah yang akan kami tuju dalam 20 tahun berikutnya.”



Inisiatif dan tantangan ke depan. Festival ini digagas pada tahun 2002 sebagai reaksi atas bom Bali pertama, didasari oleh pepatah bahwa ‘pena lebih tajam daripada pedang’. Sejak pendiriannya, festival ini juga telah melewati berbagai cobaan. Pada 2020, sebagai respons atas COVID-19, festival ini mengadakan acara daring bertajuk Kembali 2020: A Rebuild Bali Festival.

Pada 2021 festival mulai mengadakan beberapa acara luring di Ubud, yang digabungkan dengan sesi daring. Melalui lensa kesusastraan, kesenian, aktivisme dan wacana intelektual, festival ini mencatat bagaimana pandemi berdampak terhadap kehidupan manusia.

Program emerging writers (penulis awal karier) UWRF yang diluncurkan pada 2008 adalah salah satu sumbangan paling penting festival terhadap perkembangan sastra lokal. Banyak alumni program emerging writers festival telah membangun karier yang sukses di dunia sastra setelah tampil di festival, dan beberapa di antara mereka telah mendapat pengakuan mancanegara setelah karya-karya mereka diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa asing lainnya.

Salah satu contohnya adalah Norman Erikson Pasaribu. Kumpulan puisinya Sergius Mencari Bacchus dan kumpulan cerita pendeknya Cerita-Cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya telah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Tiffany Tsao, masing-masing dengan judul Sergius Seeks Bacchus dan Happy Stories… Sort Of. Kedua karya tersebut telah mendapat pujian dari kalangan pembaca berbahasa Inggris.



Penulis-penulis baru bertalenta. Program emerging writers ini telah membuktikan komitmen UWRF untuk memberikan peluang bagi para penulis muda Indonesia. Setiap tahunnya, dewan kuratorial independen memilih kira-kira 12 karya sastra, berupa esai, cerita pendek, nukilan novel, puisi dan naskah drama dari berbagai penjuru nusantara.

Tulisan-tulisan ini kemudian diterbitkan dalam antologi tahunan kami dan diterjemahkan ke bahasa Inggris. Para penulis terpilih kemudian diterbangkan ke Ubud untuk tampil dalam program Festival. Luasnya cakupan pengalaman yang mereka dapatkan saat mengikuti festival telah mengubah kehidupan mereka.

  • Untuk memperingati hari jadi ke-20, UWRF akan meluncurkan sebuah Antologi edisi khusus Perayaan ke-20 UWRF. Menampilkan karya-karya terpilih dari para alumni program emerging writers dari tahun 2008 hingga 2022.
  • Pada pekan pertama Agustus 2023, pendaftaran untuk seleksi emerging writers Festival tahun 2024 dibuka.
  • Nama penulis terpilih diumumkan pada Februari 2024. Semua akan mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengikuti sebuah lokakarya penulisan sebelum tampil di Festival 2024.
  • Karya seni rupa pendamping tema festival 2023 digambar oleh Goenawan Mohamad, yang pada usia 70-an tiba-tiba menemukan cara baru untuk mencipta—perupa yang mengkhususkan diri pada seni grafis.
  • Koleksi karya terbarunya menampilkan rangkaian intaglio dan litograf yang diilhami oleh dunia satwa.





Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru