the-sea-is-barely-wrinkled-pertemuan-antara-kegelisahan-mendalam-dan-ekspresi-artistik-yang-memikat
Karya perupa Jepang Kei Imazu ‘The Sea is Barely Wrinkled (2025)’ menjadi latar instalasi ‘Nyai Roro Kidul (2025)’. COURTESY: | COURTESY: Liandro Siringoringo
Art & Culture
The Sea is Barely Wrinkled: Pertemuan Antara Kegelisahan Mendalam dan Ekspresi Artistik yang Memikat
Devy Lubis
Sun, 20 Jul 2025

Perupa Jepang yang berbasis di Bandung, Kei Imazu, menggelar pameran tunggal perdana di Indonesia tahun ini. Untuk pertama kali pula, rangkaian karya terbarunya dipamerkan di Museum MACAN, Jakarta, 24 Mei – 5 Oktober 2025, dalam ekshibisi bertajuk The Sea is Barely Wrinkled (Laut Nyaris tak Beriak).


Karya instalasi Kei Imazu berjudul Batavia Ship (2025). COURTESY: Liandro Siringoringo

The Sea is Barely Wrinkled berakar pada riset berkelanjutan Kei terhadap kawasan Sunda Kelapa, utara Jakarta. Area ini kesohor sebagai pelabuhan penting dari masa ke masa. Sebagai pusat perdagangan maritim sejak pra-kolonial hingga era kolonialisme Perusahaan HIndia Timur Belanda atau yang lebih dikenal dengan VOC.  

Melalui karya gigantisnya, Kei menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal Batavia pada 1629 di lepas pantai Australia Barat. Insiden ini memberikan gambaran tentang betapa pun kuatnya ambisi manusia (kolonialisme) tetap tidak mampu melawan kehendak alam. 

Kei kemudian merajut relevansinya dengan situasi hari ini. Jakarta yang mengalami banjir musiman, ancaman penurunan permukaan tanah yang terus bergerak dari senti ke senti, serta tantangan ekologis lain yang andil membentuk kota bersejarah ini.


The Land Lost to the Sea (2024) mewarnai selaksa detail karya-karya Kei Imazu yang dipamerkan di Museum MACAN. COURTESY: Liandro Siringoringo

Alhasil, dalam pameran ini Kei memoles nuansa ruangan museum dalam atmosfer pesisir, sekaligus terasa di bawah air, dengan kepiting yang melayang-layang di atas kepala. Replika bangkai kapal kayu, hamparan pasir, artefak-artefak yang di antaranya berupa puing dan cetakan arsip lawas.

Laut beserta isinya (baik yang alami ataupun akibat perbuatan manusia) dan narasi-narasi yang tercipta karenanya, seolah menjadi jembatan bagi Kei untuk menyampaikan pesan dari karya-karyanya. Ia bahkan menyertakan sketsa-hidup tokoh legend penguasa Laut Selatan, instalasi sosok perempuan dengan kain batik berwarna hijau yang membelit tubuh, ‘Nyai Roro Kidul’.

Kei mengatakan, judul pameran ini diambil dari petikan novel Mr Palomar (terbit 1983) karya penulis Italia, Italo Calvino. Dalam novel, laut digambarkan sebagai ekspresi metaforis esensi kesinambungan, sekaligus kedalaman. Tenang di permukaan, namun di bawah air arus beriak seolah tanpa pertanda.

Ini sejalan dengan eksplorasi artistik Kei terhadap sejarah, yang berlapis dan terus berubah, yang jauh lebih kompleks dari dari apa yang tampak di permukaan.(*)


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru