konservasi-koleksi-museum-menjaga-warisan-merajut-kolaborasi
Pelatihan konservasi warisan budaya di Jakarta tahun 2025. | Dok : Museum dan Cagar Budaya (MCB)
Art & Culture
Konservasi Koleksi Museum: Menjaga Warisan, Merajut Kolaborasi
Devy Lubis
Tue, 16 Sep 2025

Indonesia dan Korea Selatan kembali bergandeng tangan melalui On-site Technical Training Program (OTTP), 2025 memperkuat kapasitas konservator muda sekaligus merawat jejak sejarah untuk generasi mendatang.

Di balik dinding kokoh Museum Nasional Indonesia, Jakarta, akhir Agustus lalu berlangsung kegiatan penting yang menyentuh tak hanya ranah ilmu pengetahuan, tetapi juga masa depan warisan budaya bangsa.

On-site Technical Training Program (OTTP) 2025, kerja sama antara Museum dan Cagar Budaya dengan Cultural Heritage Conservation Science Center (CHCSC), National Research Institute of Cultural Heritage (NRICH), Korea Selatan, menghadirkan ruang belajar bersama bagi para konservator muda Indonesia.

Kepala Museum dan Cagar Budaya Abi Kusno menekankan bahwa program ini bukan sekadar pelatihan teknis. “Konservasi bukan hanya mengenai teknik perawatan koleksi, tetapi juga bentuk tanggung jawab dalam menjaga jejak sejarah untuk generasi mendatang,” ujarnya.

Lewat kolaborasi dengan CHCSC, NRICH Korea Selatan, Abi berharap wawasan dan metode konservasi di Indonesia kian diperkaya. “Ini bagian dari komitmen kami untuk terus memperkuat peran museum melalui peningkatan kapasitas dan profesionalisme dalam menjaga, merawat, dan melestarikan koleksi-koleksi yang menjadi warisan budaya bangsa,” tambahnya.

Program yang berlangsung pada 25–29 Agustus 2025 ini mengangkat tema ‘Comprehensive Approaches to Conservation Material’. Enam konservator ahli dari Korea Selatan hadir langsung untuk melatih 20 konservator dari berbagai unit Museum dan Cagar Budaya.

Materi tak berhenti pada teori. Praktik intensif dilakukan dengan mengandalkan beragam material penting mulai dari logam, tembikar, hingga kertas—koleksi yang merekam perjalanan panjang peradaban.

Bagi para peserta, OTTP menjadi kesempatan berharga. Selain membuka cakrawala baru dalam praktik konservasi, program ini juga menanamkan cara pandang ilmiah yang lebih komprehensif. “Materi yang diberikan diharapkan dapat membantu konservator Indonesia memperoleh keterampilan yang berguna, sehingga kapasitas mereka meningkat signifikan,” ungkap Jong-seo Park, direktur CHCSC, NRICH Korea.

OTTP tahun ini tentu bukan yang pertama. Pada 2023, program perdana digelar di Gedung Storage Museum Nasional Indonesia dengan 15 peserta, lalu berlanjut di Balai Konservasi Borobudur pada 2024 dengan 24 peserta. Kini, memasuki tahun ketiga, program semakin matang dan terarah, menegaskan konsistensi kerja sama lintas negara dalam upaya pelestarian benda-benda budaya.

Lebih dari sekadar transfer ilmu, OTTP juga menjadi jembatan jejaring antarprofesional konservasi di kawasan Asia. Dengan kolaborasi, konservasi tak lagi dipandang sebagai tugas lokal semata, melainkan tanggung jawab bersama untuk memastikan warisan budaya tetap lestari.

Museum dan Cagar Budaya pun menegaskan komitmennya. “Mendukung lahirnya generasi konservator muda yang tangguh, sekaligus memperkuat diplomasi budaya melalui kerja sama internasional,” terang Abi.

Dari ruang kelas hingga laboratorium konservasi, dari praktik sehari-hari hingga forum global, upaya ini pada akhirnya berujung pada satu tujuan: melestarikan jejak sejarah agar tetap hidup, relevan, dan dapat dinikmati generasi mendatang.

Share
Sample Banner 1

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru