Indonesia Kaya menggelar program bincang-bincang bertajuk ‘Kita Berkebaya’ di Bandung, Jawa Barat, 26 Juli 2025. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Kebaya Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Juli.
Sesi perbincangan bersama musisi Andien, Yanti Moeljono - Ketua Komunitas Kebaya Menari, dan aktris Tara Basro membahas pemberdayaan perempuan lewat kebaya. Penampilan Skeletale dan suara merdu Rahmania Astrini memeriahkan suasana.
Dengan menghadirkan suara-suara perempuan yang berani, reflektif, dan otentik, gerakan ‘Kita Berkebaya’ ini membuka ruang baru bagi kebaya untuk terus hidup dalam berbagai bentuk. Bahwa kebaya bukan sekadar busana tradisional atau simbol nostalgia.
Proses Menemukan Diri Sendiri
Bagi seorang Andien, kebaya menjadi salah satu sarana dalam proses menemukan diri sendiri. Proses pencarian jati diri ini menurutnya tidak pernah instan. Sangat kompleks dan personal. Ia meyakini bahwa perjalanan mengenali akar budaya sendiri bisa menjadi tuntunan yang menenangkan dan memperkuat keyakinannya pada identitas personalnya.
"Aku percaya setiap perempuan punya perjalanan unik dalam menemukan dirinya,” ungkapnya.
Andien menjelaskan, “Buatku, kebaya bukan cuma tentang tradisi, tapi tentang mengenal siapa kita, dari mana kita berasal, dan apa yang ingin kita wariskan.”
Melalui gerakan Kita Berkebaya, kata dia, mereka ingin menegaskan bahwa mengenal budaya bukan berarti kembali ke masa lalu, tapi membawanya ke masa depan dengan versi masing-masing individu. “Harapanku, kebaya bisa terus hidup, bukan karena dipaksa, tapi karena dicintai.”
Ekspresi Personal
Dialog bertajuk ‘Berdaya Lewat Kebaya: Menjadi Sosok Otentik Perempuan Berkebaya’ yang menghadirkan Tara Basro. Aktris dan aktivis perempuan tersebut selama ini dikenal karena keberaniannya bersuara jujur tentang tubuh, identitas, dan tekanan industri hiburan.
Ia berbagi soal menjadi perempuan otentik yang tetap berpegang nilai budaya di tengah spotlight. Kebaya bisa menjadi pernyataan kuat untuk menunjukkan siapa kita luar dalam.
“Buat aku, kebaya itu punya ruang tersendiri di hati, karena dia bukan sekedar baju, tapi punya cerita,” kata Tara.
Di dunia yang serba cepat dan serba instan, lanjutnya, kebaya seolah mengajak individu khususnya perempuan Indonesia untuk ‘kembali ke akar’. “Anak muda sekarang tuh kreatif banget, dan menurut aku kebaya bisa banget jadi media ekspresi yang personal. Kita bisa mix and match, tapi tetap bawa nilai budaya,” tuturnya.
“Jadi, kebaya itu bukan soal harus tampil tradisional, tapi soal cara kita menghidupkan lagi sesuatu yang bermakna dengan cara kita sendiri. Itu yang bikin dia tetap relevan dan powerful.”
Gerakan pelestarian kebaya ini juga ditampilkan dalam sebuah film pendek #KitaBerkebaya yang dapat disaksikan melalui YouTube Indonesia Kaya.(*)